========================
“Rinjani” yang Guncang Dunia
Fakta bahwa Indonesia dikepung gunung api teraktif di dunia
semakin tak terbantahkan. Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan menemukan fakta
tentang letusan Gunung Rinjani di Pulau Lombok pada tahun 1257 yang berdampak
global. Letusan itu disebut terbesar di bumi dalam 7.000 tahun terakhir.
Oleh : Ahmad Arif
Letusan itu bahkan dikatakan jauh lebih dahsyat dibandingkan
letusan Tambora pada 1815 dan Krakatau pada 1883. Jejak letusan itu awalnya
diketahui dari sebaran rempah gunung api aerosol sulfat yang terperam dalam
lapisan es di kutub. Dari sebaran materialnya, dipastikan letusan itu sangat
hebat dan berdampak global. Berdasarkan penanggalan dengan radio karbon,
dipastikan pelepasan material vulkanik terjadi pada 1257. Namun, tiga dekade
terakhir, gunung api yang menjadi sumber letusan itu masih menjadi misteri.
Para ilmuwan awalnya menduga, material vulkanik berasal dari
letusan gunung di Meksiko, Ekuador, atau Selandia Baru. Para ilmuwan kemudian
bekerja seperti detektif yang melacak sidik jari dengan mencocokkan kimia
geologi di lapisan es dengan sejumlah gunung api yang diduga menjadi sumbernya.
Hasilnya dipastikan bahwa sumber letusan itu adalah Gunung Samalas di kompleks
Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Para peneliti juga menemukan
Babad Lombok, yang merekam tentang letusan Gunung Samalas di masa lalu.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal internasional PNAS edisi
akhir September 2013. “Implikasi dari riset kami cukup luas dan mengejutkan,”
kata Indyo Pratomo, geolog dari Badan Geologi Bandung, yang terlibat dalam
penelitian tersebut.
Peneliti Indonesia lain yang turut serta adalah Danang Sri
Hadmoko dari Jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada dan Surono, mantan Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Selain itu, ada 12 ahli yang
terlibat dari berbagai kampus ternama di Eropa, seperti Frank Lavigne dari
Université
Panthéon-Sorbonne,
Jean-Philippe Degeai dari Université Montpellier, dan Clive Oppenheimer dari
University of Cambridge, Inggris.
Dampak
Global
Selama ini, letusan Gunung Tambora pada 1815 dianggap terbesar
dalam sejarah modern. Kekuatan letusan Tambora, berdasarkan Volcanic
Explosivity Index, berada pada skala 7 dari 8, hanya kalah oleh letusan Gunung
Toba (Sumatera Utara) sekitar 73.000 tahun lalu.
Jumlah korban tewas akibat letusan Tambora tercatat terbesar,
mencapai 71.000 orang. Sebagian ahli menyebut 91.000 orang. Sepuluh ribu orang
langsung tewas, sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit.
Jumlah ini belum termasuk kematian di negara lain, termasuk Eropa
dan Amerika yang diderita kelaparan. Asam sulfat yang dilepas Tambora menutup
angkasa, menyebabkan tahun tanpa musim panas di Barat.
Namun, posisi letusan Tambora agaknya bakal terkoreksi setelah
penemuan letusan Gunung Samalas di kompleks Rinjani. Berdasarkan penelitian
Frank Lavigne dan tim, letusan Samalas diperkirakan memuntahkan sedikitnya 40
kilometer kubik material vulkanik. Tinggi kolom letusannya diperkirakan 43 km,
yang terbesar dalam 7.000 tahun terakhir.
Letusan itu menyebabkan kawah raksasa, berukuran 6 km x 8,5 km dan
kedalaman 800 meter. Kawah itu dikenal sebagai Segara Anak yang berada di
ketinggian 2.010 meter di Lereng Gunung Rinjani (3.726 meter). Sebelum meletus,
Gunung Samalas diperkirakan mencapai ketinggian hingga 4.200 meter. Ini berarti
sekitar separuh volume gunung ini hilang saat letusan.
Besarnya material vulkanik yang dilepas ke udara ini dipastikan
membawa dampak global, sebagaimana yang ditimbulkan dari letusan Gunung
Tambora. Letusan Samalas diduga menjadi sumber kematian massal di Eropa pada
1258, setahun setelah letusan itu. Sebagaimana letusan Tambora yang berdampak
pada kegagalan panen di Eropa sehingga memicu kelaparan dan kematian massal
pada 1816 atau setahun setelah letusan, letusan Samalas diduga memicu
permasalahan serupa, bahkan mungkin lebih dahsyat.
Bagaimana dengan dampaknya di Nusantara?
Berdasarkan Babad Lombok, letusan Gunung Samalas disebutkan telah
menghancurkan Pamatan, ibukota Kerajaan Lombok. Diduga, kota ini terkubur
material gunung api. Letusan ini diduga berdampak besar terhadap kehancuran
lingkungan di Lombok, Bali, dan bagian barat Sumbawa hingga bertahun-tahun
kemudian.
“Selain berimplikasi terhadap disiplin kegunungapian dan mitigasi
bencana, temuan ini juga memberikan peluang penelitian baru di bidang arkeologi
hingga sejarah Nusantara pada masa lalu,” kata Indyo.
Dari aspek vulkanologi, menurut Indyo, temuan ini membuka kembali
ide-ide penelitian tentang karakteristik letusan besar di kawasan itu, seperti
Tambora, Rinjani, Batur, dan Agung. “Paling tidak dalam 1.000 tahun ke belakang
harus diteliti karena kemungkinan akan berulang.”
Dari aspek arkeologi dan sejarah, kata Indyo, letusan ini menjadi
tantangan untuk meneliti lebih lanjut pola migrasi kerajaan, kebudayaan, dan
populasi penduduk di kawasan tersebut di masa lalu. Sebelumnya, jejak letusan
Gunung Tambora yang mengubur Kerajaan Tambora ditemukan Haraldur Haraldur
Sigurdsson, ahli gunung berapi dari Universitas Rhode Island, AS, pada tahun
2004. Temuan tersebut kala itu mengguncangkan dunia dan dikenal sebagai
“Pompeii dari Timur.”
Letusan Samalas yang berdampak pada melemahnya kerajaan di kawasan
timur Indonesia, menurut Indyo, kemungkinan mengubah peta politik di masa lalu,
misalnya mempengaruhi penyerbuan Raja Singosari, Kertanegara, ke Bali pada
1284.
Indyo menambahkan, kita harus lebih menghargai naskah budaya tua
yang semakin menghilang dan lebih banyak tersimpan di luar negeri. Dari
catatan-catatan itu tersimpan sejarah Nusantara, seperti yang tersimpan dalam Babad
Lombok.
***
Catatan
Evolusi Gunung Rinjani, Kaldera Segara Anak, dan Gunung Barujari
1. tinggi sekitar 5.000 mdpl pada waktu 1 juta tahun lalu (zaman
tersier)
2. letusan pertama tidak diketahui
3. letusan hebat yang disertai perubahan bentuk kaldera sekitar
14.000 tahun lalu (holocen)
4. pembentukan danau Segara Anak dan diikuti pembentukan
kerucut Gunung Barujari
5. pembentukan Gunung Rombongan. Waktu dimulai pada letusan
tahun 1944 dan terus berkembang meluas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar