Jumat, September 13, 2013

Tentang lagu Aek Sibulbulon

Jika anda pernah melihat siaran Deli TV (TV lokal di Sumatera Utara, jaringannya Sindo TV) barangkali anda pernah menonton program khusus yang menayangkan klip-klip lagu-lagu etnik lokal Sumut di stasiun ini. Terutama etnik Melayu, Batak Toba, Karo, Mandailing. Biasanya program ini tayang di sore hari, saya tak ingat persis antara pukul 15.30 atau pukul 16.30, pokoknya antara dua itulah.

Yang menarik bagi saya adalah musik tema program ini, yaitu semacam "potongan lagu" yang diperdengarkan baik waktu opening program maupun ketika akan jeda iklan dan re-opening program pasca iklan. Musik itu berupa potongan lagu yang saya tebak adalah sebuah lagu gondang batak modern. Musiknya terdengar "batak sekali" sehingga sangat pas jika ditempatkan sebagai "lagu tema" untuk program ini.

Karena saya tak tahu apa judul lagunya dan siapa artis dari lagu gondang batak itu, maka saya pun seperti biasa mencari tahu di internet. Melalui penelusuran di situs Youtube, didapatlah informasi bahwa lagu tersebut berjudul "Aek Sibulbulon" yang dibawakan oleh seorang musisi Batak yang cukup familiar dalam dunia "pergondangan", yaitu Posther Sihotang. Posther ini diketahui telah mengeluarkan beberapa album gondang batak, termasuk album yang berisi lagu Aek Sibulbulon ini. Adapun untuk penata musik lagu ini bernama Andolin Sibuea.

Terus terang saya cukup suka dengan musik gondang batak modern, walaupun saya sama sekali bukan orang Batak. Tapi karena saya pada dasarnya memang senang dengan musik etnik, maka musik gondang ini pun sangat saya gemari. Yang paling kentara dari musik gondang ini (dan sebenarnya juga ada pada lagu-lagu batak lainnya) adalah suasana ataupun nuansa yang mampu diciptakan setiap kali lagu-lagu jenis ini diputar. Setiap lagu Batak terdengar, bagi saya pribadi seakan-akan suasana di sekitar Tanah Batak itu hadir di diri saya saat itu. Saya seakan-akan berpindah ke daerah Tapanuli sekitarnya, dengan alamnya yang sejuk itu. Barangkali sensasi seperti ini bisa muncul di saya karena saya lumayan sering pulang pergi melewati daerah Tapanuli untuk keperluan pendidikan, sudah sering menyaksikan alam, penduduk, dan suasananya, sehingga sensasi seperti ini pun menjadi wajar.

Kembali ke lagu Aek Sibulbulon yang dibawakan Posther. Lagu berdurasi sekitar 6 menit yang diciptakan oleh Marco Sitompul ini diawali dengan semacam "kata pengantar" dari Posther (?). Saya yang tak mengerti bahasa Batak menduga bahwa dia sedang menerangkan mengenai daerah di sekitar Aek Sibulbulon, karena saya menangkap dia ada menyebutkan beberapa nama daerah/negeri/desa dalam kata pengantar tersebut. Setelah selesai kata pengantar, maka masuklah gondang, alat musik tiup yang terdengar seperti saxophone/terompet?, dan tentunya suling batak (yang secara melodik menggantikan posisi vokal di lagu ini) dan kecapi (hasapi?) batak. Musik berjalan dinamis dengan paduan instrumental 4 alat musik itu, sambil sesekali ditimpali ocehan-ocehan dari Posther. Sungguh sebuah lagu yang bagus, kendati sesungguhya selama 6 menit itu lagu ini hanya terdiri dari pengulangan-pengulangan bait irama dan melodi yang sama, dengan beberapa kali selipan-selipan melodi baru, tentu saja agar lagu ini tidak menjadi monoton.

Selain dibawakan oleh Posther, sesungguhnya lagu ini juga mempunyai lagu versi vokalnya, atau lagu versi "pop"-nya. Di antaranya yang dibawakan oleh Trio Santana. Di versi vokal ini tentu lagunya menjadi ada liriknya, dan dari situs gobatak.com saya mendapatkan liriknya sebagai berikut :

DI AEK SIBULBULON NI
HUTA SI ONOM HUDON NI
DISI DO PARLAO NI OMPU I
SISINGAMANGARAJA I

DIHAOL MA BORUNAI
BORU LOPIAN NA ULI
DUNGI TARMUDAR OMPU I
SUBANG NA SO HALAOSAN NI

REFF :
RAJA NA SIAN BAKKARA
RAJA NI BANGSO BATAK KI
RAJA NA MARSAHALA I
MULAK TU NAMPUNASAI

PODA DOHOT TONA NAI
IKKON INGOT DIROHAI
HITA NA TINADINGKONNA
TAIHUTTON NA NIDOKNAI

 Dari lirik di atas, cukup menarik bagi saya karena ada kata-kata Sisingamangaraja-nya. Berdasarkan hipotesis saya (karena saya tak mengerti bahasa Batak) lagu Aek Sibulbulon ini pada dasarnya berisi ungkapan untuk mengenang Sisingamangaraja, si Raja Batak yang mulia, menjadi kebanggaan orang Batak dan juga orang Indonesia pada umumnya karena keberaniannya dalam menentang penjajahan Belanda di Tanah Batak. Lagu ini bercerita mengenai bahwa di Aek Sibulbulon-lah Sisingamangaraja "pergi" ataupun wafat. Digambarkanlah bagaimana jenazahnya kemudian dirangkul oleh anak perempuannya. Dan digambarkan pula mengenai janji para kerabat dan rakyat Sisingamangaraja untuk tetap selalu mengingat pesan dan ajaran Sisingamangaraja di hati dan pikiran kerabat dan rakyat. Hipotesis saya tentu saja sangat mungkin salah, karena itu mohon maaf jika sekiranya saya salah memaknai lirik lagu ini.

Begitulah cerita mengenai lagu "Aek Sibulbulon" , semoga lagu-lagu etnik dapat terus dilestarikan serta semoga tetap selalu bermunculan generasi-generasi muda yang mau menetapkan hatinya untuk berkarya dalam jalur kesenian etnik, termasuk musik, agar kearifan lokal yang terkandung dalam seni tradisional bisa terus dapat dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya di Indonesia ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar