Minggu, Agustus 16, 2009

ternyata bukan encik noordin...

Teka-teki mengenai siapa Mr. X yang tewas dalam penyergapan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror di Desa Beji, Temanggung selama 17 jam (Jumat sore 7 Agustus-Sabtu pagi 8 Agustus) akhirnya terjawab pada Rabu (12/8). Mayat teroris yang sempat diduga sebagai gembong teroris Noordin Muhammad Top itu, setelah melalui tes DNA ternyata adalah Ibrohim, salah satu buronan polisi pasca pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Charlton (17/7).

Bahwa mayat jenazah Mr. X itu bukanlah Noordin sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya. Hal ini disebabkan ada beberapa kejanggalan yang menguatkan anggapan bahwa orang yang tewas itu bukanlah Noordin. Beberapa kejanggalan itu diantaranya :
1. teroris yang disergap itu hanya seorang diri ketika penyergapan. Padahal seorang Noordin selalu didampingi oleh beberapa pengawal.
2. tidak ditemukan rompi berisi bahan peledak pada diri jenazah, dimana rompi ini selalu dipakai oleh Noordin.
3. teroris itu mengaku sebagai Noordin, seharusnya jika dia memang Noordin dia tidak melakukan hal itu.
4. lokasi rumah tempat persinggahan yang disergap itu tidak memungkinkan untuk melarikan diri dengan mudah, karena dikelilingi bukit dan persawahan luas yang memudahkan aparat untuk menangkapnya jika kabur.
5. Temanggung sudah pernah dikunjungi Noordin sebelumnya.
6. pihak Polri tidak mengatakan bahwa jenazah itu adalah Noordin.

Dalam konferensi pers yang digelar Polri di RS Polri Kramatjati Jakarta pada Rabu pagi yang sempat molor selama 20 menit, Polri mengumumkan hasil identifikasi empat jenazah yang tewas dalam penyergapan di dua tempat, yaitu di Temanggung dan di Jatiasih,Bekasi. Dalam konferensi pers itu dihadiri oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Nanan Soekarna beserta stafnya.

Dalam awal keterangannya,Polri membeberkan metode-metode yang mereka pakai dalam mengidentifikasi jenazah. Ada dua metode yang digunakan, yaitu metode primer dan metode sekunder. Metode primer adalah mengenali jenazah dengan melalui tes sidik jari,tes gigi, serta tes DNA. Sedangkan metode sekunder adalah berdasarkan benda-benda yang ditemukan pada diri jenazah yang dapat dipakai untuk menentukan identitas orang tersebut.

Setelah membeberkan metode-metode identifikasi, maka Polri pun mengumumkan identitas keempat jenazah yang berhasil diidentifikasi. Mereka adalah Dani Dwi Permana, pelaku bom bunuh diri di JW Marriott, Aher Setyawan dan Eko Joko Sarjono, dua tersangka teroris yang tewas dalam penyergapan di Jatiasih, Bekasi, serta yang terakhir dan paling ditunggu-tunggu karena diduga sebagai Noordin, setelah dicocokkan DNA nya dengan keluarga Noordin di Malaysia serta di Jawa Tengah, ternyata tidak cocok, namun dengan DNA keluarga di Kuningan ternyata cocok, maka dipastikan bahwa teroris yang tewas di Temanggung adalah Ibrohim, penata bunga di hotel JW Marriott.

Kemudian Polri menayangkan rekaman video CCTV yang mengungkapkan peran apa yang diemban Ibrohim dalam pengeboman JW Marriott dan Ritz Charlton. Dapat dikatakan bahwa Ibrohim adalah perencana dan manajer operasional dari peristiwa pengeboman itu.

Ibrohim tercatat sebagai penata bunga (floris) di berbagai hotel di Jakarta sejak 1994, dan mulai 2004 dia bekerja di JW Marriott. Dia pun diketahui menjadi anggota Jamaah Islamiyah sejak 2000. Dari aktivitasnya di organisasi inilah dia mengenal Noordin hingga bersedia menjadi seorang teroris.

Posisi Ibrohim sebagai karyawan di JW Marriott memeberikan keleluasaan baginya untuk bergerak. Hal itu terbukti dari rekaman video, bahwa pada 8 Juli dia membawa masuk Dani melalui pintu belakang hotel untuk melakukan survei lokasi. Kemudian, sehari sebelum pengeboman (16/7) Ibrohim sendiri yang memasukkan bahan peledak ke dalam hotel dengan menggunakan mobil pick up dari pintu belakang. Ia sendiri yang mengantarkan bom itu ke kamar 1808 yang disewa Dani, sekalipun sopir pick up meminta agar ia saja yang mengantarnya, namun hal itu ditolak oleh Ibrohim. Bom itu pun lolos dari pemeriksaan ketat petugas keamanan, karena mereka sudah mengenal Ibrohim sebagai karyawan di hotel itu.

Hal di atas sekaligus menjawab pertanyaan, mengapa aparat bisa kecolongan sehingga bom bisa dibawa masuk ke hotel. Selama ini bom tersebut dianggap berada dalam koper Dani ketika ia melakukan check in. Ternyata koper Dani memang tidak berisi bom, karena itu bisa lolos dari pemeriksaan petugas. Bom tidak dibawa oleh Dani, melainkan diantar sendiri oleh Ibrohim. Maka pengamanan di bagian depan hotel sebenarnya sudah maksimal, hanya pengamanan di bagian belakang saja yang missing.

Kemudian pada Jumat pagi Ibrohim juga yang mengantarkan Ikhwa Maulana alias Nana, pelaku bom bunuh diri di Ritz Charlton ke hotel tersebut. Tak lama kemudian, terjadilah dua pengeboman bunuh diri tersebut, yaitu oleh Dani di JW Marriott dan Nana di Ritz Charlton.

Itulah peran Ibrohim dalam peristiwa pengeboman tersebut. Selain itu, dari penggerebekan di Jatiasih juga terungkap bahwa Ibrohim adalah penyedia bahan peledak untuk target berikutnya, dan dia sendiri yang akan menjadi pelaku bom bunuh diri itu.

Maka, Noordin dipastikan belum tewas dan masih berkeliaran hingga sekarang. Seperti dikatakan Kadiv Humas Pori, perang melawan terorisme belum selesai dengan tewasnya para teroris ini. Masyarakat diharapkan mendukung dan bekerjasama dengan Polri untuk mengungkap jarring-jaring terorisme di Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar