Jumat, Mei 15, 2009

beberapa fakta mengenai keinginan tiap orang untuk tercatat dalam sejarah

Siapa sih yang tidak ingin terkenal dan dikenang semua orang? Tentunya tidak ada. Bahkan dua orang pendiri negara ini pun mempunyai keinginan demikian, yang mereka wujudkan dengan cara yang sedikit curang. Dengan tulisan ini saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan kedua pendiri bangsa ini, malah saya sebagai warga negara sangat menaruh hormat yang sangat tinggi kepada beliau-beliau. Tulisan ini hanyalah mengungkapkan betapa rasa ingin dikenang dan dihormati serta tercatat namanya dalam sejarah ada pada setiap orang.

Sebelum UUD 1945 diamandemen, UUD itu terdiri dari tiga bagian, yaitu pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan. Ketiga bagian ini ketika era orde baru sangat disakralkan, alias tidak boleh diubah-ubah isinya. Padahal sebenarnya yang tidak boleh diubah hanyalah bagian pembukaan saja. Ketika orde baru tumbang dan digantikan oleh era reformasi, maka dilakukanlah perubahan-perubahan terhadap batang tubuh UUD 1945. Salah satu hasil amandemen itu adalah pasal II aturan tambahan, yang menyebutkan bahwa UUD 1945 terdiri dari pembukaan dan batang tubuh, dengan meniadakan penjelasan. Belakangan diketahui bahwa penjelasan UUD 1945 memang bukanlah bagian dari UUD 1945, sebab penjelasan ini bukanlah hasil dari sidang BPUPKI yang merumuskan UUD 1945. Penjelasan ini adalah hasil karya satu orang saja, yaitu Prof Mr. Soepomo, yang juga merupakan salah satu dari anggota BPUPKI. Ketika naskah UUD 1945 akan dimasukkan ke lembaran negara, maka Soepomo menyisipkan tulisan dia mengenai penjelasan UUD 1945 bersama-sama naskah itu. Akhirnya ketika lembaran negara itu diumumkan ke dalam berita negara, penjelasan karya Soepomo itu pun terikut juga ke dalamnya. Akhirnya masyarakat menganggap penjelasan adalah bagian dari UUD 1945, padahal tidaklah demikian. Penjelasan UUD 1945 hanyalah buah pikiran Mr Soepomo yang ingin namanya tercantum dalam sejarah Indonesia dengan menyisipkan penjelasan UUD 1945 itu.

Kemudian, tahukah anda dengan Gajah Mada? Setiap orang Indonesia pasti akan mengetahui tentang Mahapatih Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya ini. Namun tahukah anda bagaimana wajah Gajah Mada sesungguhnya? Gambaran sebagian besar orang Indonesia mengenai wajah Gajah Mada adalah seorang pria gemuk dengan pipi tembam seperti yang sering kita lihat di buku-buku sejarah. Gambaran demikian sesungguhnya berasal dari Prof Muhammad Yamin, salah seorang pendiri negara kita sekaligus sejarawan yang pernah menulis buku tentang Gajah Mada. Yamin melakukan penelitian ke Trowulan, bekas pusat kerajaan Majapahit, untuk mencari informasi-informasi penting mengenai Gajah Mada sebagai bahan untuk penulisan buku tentang Gajah Mada tadi. Ketika ia sedang berjalan-jalan di reruntuhan kraton Majapahit, ia menemukan sebuah arca kepala seseorang yang mukanya mirip seperti dirinya. Yamin pun memotret arca itu dan menyatakan bahwa ini adalah wajah dari Gajah Mada. Yamin melakukan ini agar namanya tercatat dalam sejarah sebagai seseorang yang pertama kali mempunyai gambaran mengenai bagaimana rupa Gajah Mada. Dan ia ternyata berhasil, karena sampai sekarang gambaran masyarakat mengenai Gajah Mada adalah seperti yang digambarkan Yamin. Padahal jika kita membaca cerita-cerita mengenai Gajah Mada, maka kita akan merasa bahwa Gajah Mada itu adalah seseorang yang gagah dan tegap. Bukan seorang pria gemuk seperti yang digambarkan Yamin.

Dari dua contoh di atas jelaslah bagi kita, bahwa tokoh yang sudah cukup terkenal di masanya pun ingin agar namanya tetap dikenang dalam sejarah. Hal ini adalah lumrah bagi siapa saja. Namun hendaklah nama kita tercatat dalam sejarah melalui jasa besar yang kita lakukan bagi bangsa dan negara, bukannya melalui sedikit kecurangan yang bisa mengaburkan fakta sejarah yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar